Aku Pergi

Selasa, 19 Oktober 2010
Aku pergi selagi kau masih berang pada
sengal nafasmu, yang melerai hujan sore tadi.
Lupakan genggam tangan, yang sering mengajak
kita pergi ke keteduhan taman petang.
Lupakan bau bahuku yang sering kau
sandarkan beribu derai tetangisan.
Sudah kulupakan rasa manis liurmu,
ketika kita bertukar kata cinta dalam kelembapan kamar.
Aku akan pergi menanam ladang berumpun
matang yang telah kulupakan lama.

Teman Lama

Sepenuh perjalanan hidup hanya lelaku putaran
waktu yang memang kosong, tanpa secuil isi
petunjuk dewa-dewa manapun, ilham terhantar
sendat di antara belukar rambat.

Setapak yang lurus kedepan tanpa
halang rintang, menyesatkan mata –fatamorgana.
Terik kejora di lintang utara bukan lagi
pedoman untuk tualang, pencari jalan pulang.

Lenyap sekilas jauhan pandang, terkulai tanpa
seutas temali petunjuk, pecah harapan lamat
rembang, mereka tak tergapai tiap segala,
pijakannya teramat angkuh. Sebabkah mereka
bertinggi warna derajat?

Bisikan Sunyi

Jumat, 15 Oktober 2010
Seakan kita dilanda kesunyian yang menyering.
Bibirmu yang bergerak, penuh ketersembunyian
kalimat dan suara gelegak ombak pesisir.
Kupingku yang entah berdengarkan bisikan
bagai ilham Tuhan –tumaninah-, yang berhasil
menyesatkan iman para utusan.
Terpegang tetap namamu, sayang.
Tetapi namamu bukanlah pengobat rupa kerinduanku.

Dendang Seruling Embun

Senin, 04 Oktober 2010
Kan ku ngiangkan sejumlah untaian rindu
yang mengedarkan kabut berimbun syahdu.
Meniup seruling embun malam tanpa bintang beribu,
hanya mendendangkan lagu tentang liku kita

Aku kan selalu berada untukmu, sebagai bahu
tempat kau beruraian airmata haru,
atau sekedar berkisah tentang jauh tempuhan jarak
kasih kita.

Ya, hanya berdua kita saling mengisi.
Mengucap janji sehidup semati,
yang sering membuatmu tersenyum geli.
Ya, aku kan selalu di sisimu jelita.
Mengungkap segala rahasia hati kita berdua
tanpa bintang yang berlomba cahaya.

Tenang Dekapmu

Bersamamu seperti tanpa jeda
detak waktu seperti enggan menunggu
melibasi rindu
yang kini menetes di dadaku

Kulipat cahaya karena
aku tenang
dalam dekapmu
dalam kecupmu
tak butuh gemintang yang lain.

Ciptakan matahari dari tiap
hembusan bisik kalimatmu
aku tengadahkan tangan tuk terima

Minggu hanya sebuah nama
tanpa arti tanpa ceria,
suka
dan gemerisik tawamu
aku idamkan.