Sepucuk Surat Inginku

Rabu, 29 September 2010
Sungguh, bayangan dirimu kian berdentang,
bangkit kembali dari kendaga yang sudah
kularung pada tepi lautan, ombak rupanya telah khianat!

Sosok dirimu muncul lewat: kalimat ibu matahari,
goresan embun pada pagi yang suci, aroma kelopak melati.
Apakah dirimu juga merindu seperti
diriku yang membuat buyar pandangan mataku, kini.
Sepucuk surat telah kutulisi dengan
segala hati yang berpenuh pesona cahaya parasmu,
yang terkadang membuat termangu dan hirau waktu bergulir.
Kembali ingin kusapa jiwa ranummu.
Sayang inginku sebatas aliran aorta hitam.