Rumah Baru

Kamis, 02 September 2010
Kau lihat susunan bata merah teramat elok, mengelilingi sudut-sudut tanah.
Genting cokelat yang meneduhkan dari senyum hangat mentari dan
keintiman tarian titik air sunyi.
Itulah rumahku, sebuah kesederhanaan

Segala kisah tentang keluargaku ada disana ; sedih, gembira, tawa, maupun nestapa.

Pagi ini bahak buldozer akan singgah di beranda rumahku.
Ayah termangu memunguti sisa ingatan di lorong waktu.
Sebab kami disini sudah sejak ayah-ayah-kakek ku.

Ganas sekali buldozer itu mengaum, cium ringkih dinding.

Ayah, mari kita pindah.
Kolong jembatan sana lebih kokoh sepertinya.