Kembang Telaga

Sabtu, 11 September 2010
Dua Puluh Tiga bulan lalu,
sewaktu usia kita terasa muda
harum kembang telaga.

Kita bagai pucuk
yang akan retas dunia,
tantang gemawan
berangkasa.

Hijau. Karena kita
memang baru akan meniti
sesuatu yang terasa baru,
sesuatu yang belum
pernah kita hirup.

Menghimpun tiap bagian dendang
butir tetes gemawan yang lekas turun,
sementara kita masih
belum siap akan takdir nyata,
belum siap membuka mata.

Kita masih terlalu hijau waktu itu,
wahai pucuk daun pertama.